Rabu, 25 Agustus 2010

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU


selamat datang mahasiswa baru di kampus FMIPA UNDIP..
selamat datang calon generasi bangsa, selamat berjuang.....

Mengambil Bekal dari Al-Qur’an

Oleh: (Aiya_lintang)

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang bisa menahannya, dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Fathir: 2)

Allah lah sumber segala kebaikan. Kaena karuniaNya-lah Ia menunjukkan pada kita sarana dan faktor yang dapat kita jadikan sebagai jalan untuk memperoleh bekal dariNya. Sarana yang paling banyak nmelimpahkan berkah adalah kitab Allah. Ia bersumber dari mata air yang tak pernah kering dari bekalan. Di dalamnya kita temukan cahaya, petunjuk, rahmat dan peringatan.

Di dalam Al-Quran kita dapat menemukan segala kebaikan yang dibutuhkan manusia untuk mewujudkan kebahaagiaan dunia akhirat, serta memelihara dari kesengsaraan hidup.
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Yunus 57)

Dari Jahiliyah ke jaman Islam
Andai kita bertanya, siapa yang memperbaharui dan merubah semenanjung Arab dari kungkungan jahiliyah dengan segenap kerusakan dan kesesatannya menuju sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, jawabannya adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi. Kemudian orang yang beriman kepadanya ditarbiyah oleh Rosul, maka Al Qur’an dapat merubah hidup mereka dan lahirlah figur-figur teladan yang menjadi pilar utama dalam tegaknya agama Islam. Melalui merekalah terjadi ekspansi Islam ke berbagai penjuru, sehingga cahaya Islam menggusur kegelapan Jahiliyah yang menyelimuti dunia.

Al-quran yang dihadapan kita sekarang, tetap seperti dulu, tanpa ada perubahan, sebab Allah sendiri yang memeliharanya. “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)

Pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul adalah: Apakah kita dapat melakukan perubahan dan memunculkan figure teladan seperti mereka? Jawabannya adalah BISA, asalkan kita mau berinteraksi dengan kitab Allah dan sunah rosulnya dengan cara seperti yang diterapkan oleh kaum muslimin generasi pertama. Mereka mengagungkan Al-Quran ketika mendengar atau membacanya, sebab ia adalah kalam Allah. Mereka dapat menangkap karunia kasih saying Allah terhadap mahluknya melalui huruf-huruf yang dapat dimengerti manusia. Mereka mendengarkan penuh konsentrasi, mentadaburi, memahaminya dengan meninggalkan segala hal yang dapat menghalanggi pemahaman, mereka terkesan dengan segala yang terkandung didalamnya baik nasihat, pelajaran, ancaman atau kabar gembira. Setiap kali mendengar seruan “wahai oarng yang beriman”, mereka memperhatikan dengan serius dan konsentrasi penuh terhadap arahan yang akan disampaikan setelah seruan itu, lalu mereka menerima dan melaksanakannya dengan teliti, penyerahan diri secara mutlak dan keridhoan penuh, tanpa ragu, menunda nunda atau memilah milih. Sebab itu bukan seruan manusia tetapi seruan Allah yang menciptakan manusai dan menguasai segala sesuatu.

Begitulah interaksi mereka dengan AL-Quran, mereka yakin bahwa nabi Muhammad tidak berbiocara berdasarkan nafsu melainkan berdasarkan wahyu yang disampaikan kepadanya.
“apa yang diberika Rosul kepadamu maka terimalah dia, dan pula yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Al-Hasyr :7).

Adapun kaum muslimin saat ini, mereka mewarisi Islam tanpa susah payah, mereka mewarisinya secara parsial atau dibalut dengan bid’ah dan khufarat, mereka mewarisi kulinya saja, sedangkan isi dan semangatnya telah hilang, mereka mewarisinya dalam keadaan lemah dan malas, mereka tidak merasakan indahnya kalam Allah, mereka disibukkan dengan lagu-lagu dan kemerduan saura pembacanya.

Teladan yang mungkin terulang
Allah menghendaki agar kebaikan tetap berada di tengah umat nabi Muhammad sampai hari kiamat. Kini kita mendapati figur-figur teladan itu kembali tampak di berbagai bidang kehidupan. Dalam jihad dan pengorbanan dan rindu kesyahidan. Nampak ditengah-tengah manusia bebagai teladan yang mengagumkan dalam merealisasikan ajarn Islam. Mereka dipercaya karena kejujuran, kesetiaan terhadap janji, amanah dan kemualiaan akhlaknya. Mereka sabar menghadapi gangguan, dan siksaan dari musuh-musuh Allah. Teteap istiqomah dalam keyakinannya hingga Allah mengambil sebagian dari mereka sebagai syuhada.
“ mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imron: 146)
Telah nyata lah pengaruh Al-Qur’an pada diri manusia. Andaikan orang yang membaca Al-Qur’an menghargai Allah dengan sebenar-benarnya penghargaan tentu akan terpengaruh demngan Al-Quran dan bergetarlah kulitnya saat membaca atau didengarkannya Al-Qur’an,
“kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamua kan melihatnya tunduk terpecsah belah disebabkan rasa takut kepada Allah. Dan perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr :21).

Andai kita memmperbaiki hubungan dengan satu ayat saja dari Al-Qur’an, tentu pengaruhnya akan mengalir dan menggerakkan perasaan serta menyinari hati seperti arus listrik ketika dinyalakan.

Al-Qur’an mengajari dan membimbing manusia bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi dan mensikapi berbagai kondisi sehingga dapat meniti jalan keimanan dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Kita berlindung pada Alla saat mendapat kefakiran, tertimpa penyakit, mendapat kesulitan dan ketika bertemu musuh. Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut dalm ayat-ayatnya,
“Ya Tuhanku sesungguhnya aku snagat memerlukan suatu kebaikan yang engkau turunkan kepadaku” (Al-Qashash: 24).

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nus (Yunus), ketia ia pergi dalm keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mmepersempitnya, maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap; “bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.’ Maka kami telah memperkenankan doa nya dan menyelamatkannya dari pada kedudukan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (al-Anbiya: 87-88)

Seorang aktivis dakwah dapat menemukan sebaik-baik perjalanan dalam Al-Qur’an. Sebab ia dapat memgetahui cara dakwah yang benar melalui lisan rosul, ia dapat mengetahui bagaimana kesabaran mereka dalam mengajak kaumnya pada keimanan, dan keteguhan mereka dalam menjauhkan kaumnya dari kekafiran.

Bacaan dan hafalan merupakan sebaik-baik bekal yang dapat membantu aktivis dakwah memperkuat pembicaraaanya mengenai tema tertentu dengan ayat-ayat Al-Qur’an, seingga pembicaraannya akan lebih terkesan di jiwa pendengarnya.

Rosul bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, “Bacalah Al-Qur’an selama hatimu akrab padanya dan kulitmu lembut padanya. Bila kamju berselisih maka kamu bukanlah orang yang membacanya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Maka bila kamu berselisih, bagkitlah dari (membaca)nya.”

Waspadalah jangan sampai disibukkan oleh makhraj huruf dan hokum-hukum bacaan dari mentadhaburi dan memahami AL-Qur’an, sehingga seluruh perhatian tertuju kepadanya tanpa pengaruh dan kepahaman terhadap maknanya.
Mari membaca Al-Qur’an dengan rutin sehingga bekal kita selalu baru. Mari kita menghafal ayat-ayatnya semampu kita, sebab ia dapat membantu kita melakukan qiyamul lail dan memperkuat materi dakwah.
“dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (AL-Qomar: 17)
Wallohu A’lam



Referensi:
Kitabullah
Fiqh Dakwah JIlid 2, Syaikh Mushthafa Masyhur

Selasa, 03 Agustus 2010

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA

keluarga besar KAMMI KOMISARIAT MIPA UNDIP mengucapkan selamat menunaikan Ibadah Puasa, semoga kita mencapai derajat Muttaqin