Minggu, 31 Oktober 2010

Intelektual Profetik pada Pribadi Muslim Negarawan

Masa depan adalah harapan. Abad baru menjadi sebuah fenomena tersendiri bagi manuver-manuver dalam pergerakan mahasiswa. Tak ayal, banyak pula politisi-politisi ataupun pengamat pergerakan mahasiswa dewasa ini sering mengatakan ”Gerakan mahasiswa di abad ini seperti ’tidak ada gregetnya’.” Fenomena nomaden, sebuah fenomena bagi pergerakan mahasiswa yang senantiasa melakukan perubahan paradigma. Ini menjadi sebuah statement yang terlontar dalam suasana haru biru di tengah-tengah krisisnya budaya intelektual mahasiswa. Tentu saja fenomena ini banyak yang mengatakan, ini adalah fenomena yang dinamis. Langkah baik untuk menyesuaikan diri sesuai alur zaman, namun tetap saja banyak pertentangan disana-sini terhadap dimensi perubahan paradigma tersebut.

Regulasi paradigma KAMMI inilah yang sangat fenomenal sehingga banyak orang bergunjing tentang makna dan hakikat dari perubahan pola pikir ini. Senantiasa abadilah pemikiran mahasiswa. Mungkin perlu lebih dari sekedar makna untuk mengerti ataupun paham dari esensi berubahnya paradigma ini. Apa saja yang menjadi dasar atau landasan berpijak para idealis di atas, sebagai penentu langkah kebijakan arah pergerakan KAMMI masa depan. Tentunya bukanlah sebuah langkah mudah untuk membuat kebijakan semudah ketika membuat lawan ”mati langkah” dalam pertarungan catur. Ada kajian dan analisa tersendiri bagi idealis-idealis diatas ketika membuka wacana berpikir baru ini. Ada pengamatan ataupun analisa tajam terhadap permasalahan umat/rakyat dalam kondisi dewasa ini. Mengingat derasnya arus pemikiran barat dan fenomena asing yang tentu saja tidak sangat sesuai dengan budaya bangsa kita.

Mengingat berkembangnya dengan pesat teknologi komunikasi di abad ini.
Untuk itulah hadir Intelektual Profetik, sebagai pencerahan berpikir dan berpijak kader-kader KAMMI untuk mencapai masyarakat islami di tengah-tengah hegemoni pemikiran ’western’. Tidak hanya sekedar merubah hakikat istilah paradigma, tetapi bagaimana kader paham dan mengerti tentang hakikat dakwah moderat untuk masa depan. Penyesuaian langkah demi langkah, memberikan arus pemikiran yang tajam, kritikan dan solusi terbaik bagi permasalahan-permasalahan umat. KAMMI sekarang bukanlah KAMMI yang seperti dulu, KAMMI sekarang adalah KAMMI yang lebih mengedepankan akal, naluri, kepekaan, inetelektual sebagai alat berpijak, sedangkan Aksi (Demonstrasi) hanyalah bagian kecil yang tetap melekat sebagai senjata penekan kezaliman.

Hadirnya Muslim Negarawan adalah sebuah paradigma berpikir yang tak asing lagi sering kita dengar. Pengejawantahan Intelektual Profetik dalam ruh baru untuk mencetak kader-kader yang siap akan dijadikan ’director of change/pemimpin perubahan’ bukan lagi sebagai agent of change, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pemimpi yang siap akan diterjunkan menjadi pemimpin masa depan. Merekalah nantinya yang akan di ’vermak’ untuk memperbaiki tatanan/struktur pemerintahan, hukum, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain sebagainya berdasarkan nuansa yang islami. Merekalah nantinya yang akan merubah peradaban manusia Indonesia kini dan masa lalu menjadi sebuah peradaban islami dengan intektual yang islami. Men-simbiotik-kan Ad-Diin dengan Intelektual, menghancurkan peradaban sekuler, materialistis dan sosialis.

Merekalah yang KAMMI sebut nantinya sebagai MUSLIM NEGARAWAN. Aktor-aktor masa depan yang siap memimpin bangsa dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasul.
(Syafaat_Ilmi)

Intelektual Profetik pada Pribadi Muslim Negarawan

Masa depan adalah harapan. Abad baru menjadi sebuah fenomena tersendiri bagi manuver-manuver dalam pergerakan mahasiswa. Tak ayal, banyak pula politisi-politisi ataupun pengamat pergerakan mahasiswa dewasa ini sering mengatakan ”Gerakan mahasiswa di abad ini seperti ’tidak ada gregetnya’.” Fenomena nomaden, sebuah fenomena bagi pergerakan mahasiswa yang senantiasa melakukan perubahan paradigma. Ini menjadi sebuah statement yang terlontar dalam suasana haru biru di tengah-tengah krisisnya budaya intelektual mahasiswa. Tentu saja fenomena ini banyak yang mengatakan, ini adalah fenomena yang dinamis. Langkah baik untuk menyesuaikan diri sesuai alur zaman, namun tetap saja banyak pertentangan disana-sini terhadap dimensi perubahan paradigma tersebut.

Regulasi paradigma KAMMI inilah yang sangat fenomenal sehingga banyak orang bergunjing tentang makna dan hakikat dari perubahan pola pikir ini. Senantiasa abadilah pemikiran mahasiswa. Mungkin perlu lebih dari sekedar makna untuk mengerti ataupun paham dari esensi berubahnya paradigma ini. Apa saja yang menjadi dasar atau landasan berpijak para idealis di atas, sebagai penentu langkah kebijakan arah pergerakan KAMMI masa depan. Tentunya bukanlah sebuah langkah mudah untuk membuat kebijakan semudah ketika membuat lawan ”mati langkah” dalam pertarungan catur. Ada kajian dan analisa tersendiri bagi idealis-idealis diatas ketika membuka wacana berpikir baru ini. Ada pengamatan ataupun analisa tajam terhadap permasalahan umat/rakyat dalam kondisi dewasa ini. Mengingat derasnya arus pemikiran barat dan fenomena asing yang tentu saja tidak sangat sesuai dengan budaya bangsa kita.

Mengingat berkembangnya dengan pesat teknologi komunikasi di abad ini.
Untuk itulah hadir Intelektual Profetik, sebagai pencerahan berpikir dan berpijak kader-kader KAMMI untuk mencapai masyarakat islami di tengah-tengah hegemoni pemikiran ’western’. Tidak hanya sekedar merubah hakikat istilah paradigma, tetapi bagaimana kader paham dan mengerti tentang hakikat dakwah moderat untuk masa depan. Penyesuaian langkah demi langkah, memberikan arus pemikiran yang tajam, kritikan dan solusi terbaik bagi permasalahan-permasalahan umat. KAMMI sekarang bukanlah KAMMI yang seperti dulu, KAMMI sekarang adalah KAMMI yang lebih mengedepankan akal, naluri, kepekaan, inetelektual sebagai alat berpijak, sedangkan Aksi (Demonstrasi) hanyalah bagian kecil yang tetap melekat sebagai senjata penekan kezaliman.

Hadirnya Muslim Negarawan adalah sebuah paradigma berpikir yang tak asing lagi sering kita dengar. Pengejawantahan Intelektual Profetik dalam ruh baru untuk mencetak kader-kader yang siap akan dijadikan ’director of change/pemimpin perubahan’ bukan lagi sebagai agent of change, tetapi lebih dari itu adalah sebuah pemimpi yang siap akan diterjunkan menjadi pemimpin masa depan. Merekalah nantinya yang akan di ’vermak’ untuk memperbaiki tatanan/struktur pemerintahan, hukum, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain sebagainya berdasarkan nuansa yang islami. Merekalah nantinya yang akan merubah peradaban manusia Indonesia kini dan masa lalu menjadi sebuah peradaban islami dengan intektual yang islami. Men-simbiotik-kan Ad-Diin dengan Intelektual, menghancurkan peradaban sekuler, materialistis dan sosialis.

Merekalah yang KAMMI sebut nantinya sebagai MUSLIM NEGARAWAN. Aktor-aktor masa depan yang siap memimpin bangsa dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah Rasul.
(Syafaat_Ilmi)